Senin, 17 Oktober 2016

Mengkritisi Maba, bukan Majalah Ganesha

Majalah Ganesha, salah satu unit dalam ITB yang berfokus pada kajian, opini dan jargon pembebasannya, adalah salah satu unit kegiatan mahasiswa yang entah kenapa saya ikuti. Sebenarnya, saya sendiri tidak mempunyai dasar dalam menulis, mengetahui ilmu-ilmu sosial humaniora atau semacamnya itu, tahu menahu akan sejarah. Hal-hal tersebut bukanlah halangan bagi ketertarikan saya akan unit ini, dan akhirnya, akibat magnet dari teman saya  yang lucunya sudah keluar dari unit ini, membuat saya mengikuti beberapa kajian-kajian dalam kaderisasi Ca-Sindikat.

Ca-Sindikat, nama tersebut adalah pangkat yang diberikan pengader untuk mahasiswa-mahasiswa yang dikader. Para Ca-Sindikat ini diperbudak untuk melakukan kegiatan-kegiatan pengaderan. Salah satunya adalah tulisan ini, pemaksaan untuk pembebasan pemikiran bagi para ca-sindikat sepertinya. Dalam tulisan ini, saya selaku salah satu ca-sindikat akan mengkritisi tentang majalah ganesha itu sendiri.

Tujuh kata untuk Majalah Ganesha, terima kasih telah membuat saya membaca sesuatu. Sebelumnya saya hanyalah serpihan penduduk terdjajah oleh produk negara nippon, berkat pengahrusan tugas kader, saya dapat alasan lain untuk pergi ke toko buku.  Hmm... saya kira itu bukan pengkritisan ? Ya, namun itu yang saya pikir saat pertama kali berpikir mengenai Majalah Ganesha. Dalam tiap kajiannya terutama yang internal saya tidak mengantuk, padahal kalau bertemu dengan mata kuliah, saya mengantuk. Oke, mungkin yang perlu dikritisi adalah namanya ?

Majalah Ganesha, kata majalah itu sendiri membuat banyak maba yang berpikiran bahwa dalam unit tersebut akan membuat suatu terbitan yang berkala. Bahkan, teman se-sekolah saya sendiri ada yang benar-benar tertipu akan kata majalah tersebut. Padahal, yang benar menerbitkan suatu dalam waktu berkala adalah unit-unit pers. Sedangkan MG-KSSEP ini adalah unit kajian. Oke, kata majalah sendiri menurut KBBI berarti terbitan berkala yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik, pandangan tentang topik aktual yang patut diketahui pembaca. Menurut saya kata yang dibold tersebut dapat memberikan gambaran bagi unit ini dan kesan yang saya dapatkan. Jadi bagi maba yang salah kaprah dalam mengartikan hal ini, anda perlu dikritisi.

Selain itu, saya juga akan mengkritisi kaderisasi dalam unit ini. Gambaran dari kaderisasi yang telah saya jalani yaitu pengader memberi materi berupa suatu karya tulis seperti novel ataupun komik. Materi yang saya dapatkan ini kecenderungannya memiliki topik yang merupakan jargon dari unit ini, pembebasan, liberal ? Ya, entah, saya tidak dapat berkata lebih dari ini, Saya hanyalah manusia nyasar (tersesat) ke dalam unit berisi filsafat-filsafat tersebut. Teman saya yang mengajak saya mengikuti unit ini bahkan sampai tidak kuat dan malah melakukan tugas kader kali ini berupa pengkritisan, namun pengkritisan dalam OA unit ini sih. Lepas dari teman saya yang lelah akan topik saat kader dan rasa terintimidasi dikelilingi pembabat kata sastra, memang benar kata Ofek sendiri, MG dulu dikenal dengan kekiriannya dan pendapat saya, yaa... yaudah saya menikmati saja dan gali ilmu-ilmu orang yang menurut saya mempunyai pengetahuan lebih luas dari saya. Sekali lagi, yang perlu dikritisi mungkin mabanya?

Kaderisasi yang lain adalah berupa kunjungan dari unit-unit sebelah. Kajian-kajian tersebut seringkali membuat saya gusar, gusar akan keinginan mengutarakan pendapat tentang materi yang telah saya baca, meski hanya satu materi yang benar-benar terbaca oleh saya. Kajian-kajian tersebut mengajarkan saya beberapa hal berupa menulis, cara buat ingin menulis, cari ide, dan topik-topik mainstream lainnya. Kadang malah membahas isu kampus, sejarah MG, dulu MG gimana, terlepas dari itu semua, keingin-tahuan saya tentang isu-isu kampus, yang kata Pute adalah kecil, masih menghantui saya. Ya overall kalau ditulisan Qori ya gud la.

Oiya, di sekre sumuk dan pengap. Kalau mau ngadem diluar aja. Mungkin itu karena banyaknya ca-sindikat yang jumlahnya tidak diduga oleh seorang admin dusta ganesha. Sebagian besar dari ca-sindikat adalah maba, dan lagi-lagi mungkin maba yang perlu dikritisi.

Memasuki paragraf terakhir, saya akan mengaku bahwa saya menulis ini juga supaya memperpanjang kontrak saya dari pekerjaan bernama ca-sindikat ini. Dikarenakan kekurangan saya mengunjungi sekre dan unit kajian lainnya dan malah mengunjungi unit pementasan suatu topik sarkasme, saya jujur saya kekurangan data, padahal ada data-data minimum yang telah ditentukan. Akhir kata, beginilah tulisan seorang yang masih baru beberapa bulan terbrenwosh dalam unit ini. Terima kasih bila sudah berkenan membaca suatu produk pikiran maba yang perlu dikritisi ini.

Gusna Naufal Taris
STEI'16